METODE PEMBELAJARAN

METODE PEMBELAJARAN
Menurut Sudjana ( 1989 : 30 ) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah “ tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian “Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan seabagi dampak langsung (Instructional effect) sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang reltif lama disebut dampak pengiring (nurturant effect) biasanya bekenaan dengan sikap dan nilai. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000,194)Macam-macam Metode Pembelajaran :
1. METODE CERAMAH
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.
a. Kelebihan Metode Ceramah
1) Guru mudah menguasai kelas.
2) Mudah dilaksanakan.
3) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
4) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
b. Kekurangan Metode Ceramah
1) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
2) Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
3) Bila terlalu lama membosankan.
4) Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
5) Menyebabkan anak didik pasif.
Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.
2. METODE EKSPERIMEN
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.
a. Kelebihan Metode Eksperimen
1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku;
2) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan; dan
3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
b. Kekurangan Metode Eksperimen
1) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen;
2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta
3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.
3. METODE PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI
Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati orang/masyarakatnya setelah membaca buku itu. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat.
a. Kelebihan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
1) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama; dan
2) Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.
b. Kekurangan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
1) Seringkali anak didik melakukan penipuan di mana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri;
2) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan; dan
3) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan indi¬vidual.
Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.

4. METODE DISKUSI
Diskusi adalah memberikan altematif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam.
a. Kelebihan Metode Diskusi
1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja).
2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.
b. Kekurangan Metode Diskusi
1) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar;
2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas;
3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara; dan
4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.

5. METODE LATIHAN
Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
a. Kelebihan Metode Latihan
1) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
2) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
3) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
b. Kekurangan Metode Latihan
1) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan pengertian.
2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
4) Dapat menimbulkan verbalisme.
Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.

6. METODE PROYEK
Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar.
a. Kelebihan Metode Proyek
1) Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
2) Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kekurangan Metode Proyek
1) Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini;
2) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini;
3) Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan;
4) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.
7. PICTURE AND PICTURE
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7. Kesimpulan/rangkuman

Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.
8. NUMBERED HEAD TOGETHER ((KEPALA BERNOMOR)
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6. Kesimpulan
SPENCER KAGAN, 1992
9. COOPERTIVE SCRIPT
Skrip kooperatif :
metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
• Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
• Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
6. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
7. Penutup
DANSEREAU CS., 1985
10. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR (MODIFIKASI DARI NUMBER HEADS)
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai
Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan
11. JIGSAW (MODEL TIM AHLI)
Langkah-langkah :
1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup
ARONSON, BLANEY, STEPHEN, SIKES, AND SNAPP, 1978
12. ARTIKULASI
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
7. Kesimpulan/penutup
13. MIND MAPPING
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru
14. MAKE – A MATCH (MENCARI PASANGAN)
Langkah-langkah :
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7. Demikian seterusnya
8. Kesimpulan/penutup

15. THINK PAIR AND SHARE
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
6. Guru memberi kesimpulan
7. Penutup
(FRANK LYMAN, 1985)
16. BERTUKAR PASANGAN
Langkah-langkah :
1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
17. SNOWBALL THROWING
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7. Evaluasi
8. Penutup
18. TEBAK KATA
Media :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.
Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
6. Dan seterusnya

19. . METODE KARYA WISATA
adalah metode pembelajaran dengan cara mengunjungi suatu objek tertentu, misal museum, pabrik , dsb
Keunggulan
a. mengamati kenyataan beraneka ragam dari dekat
b. menghayati pengalaman baru dengan turut dalam kegiatan
c. menjawab masalah dengan melihat, mendengarkan dan membuktikan
d. memperoleh informasi dengan wawancara
e. mempelajari sesuatu dengan integral dan komprehensif
Kelemahan
a. memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak
b. memerlukan pengawasanyang lebih dekat
c. tidak selalu murah

20. COURSE REVIEW HORAY
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x)
6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
8. Penutup
21. METODE DEBAT
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.

22. METODE ROLE PLAYING
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

23. METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

24. PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini

25. COOPERATIVE SCRIPT
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7. Penutup.
Kelebihan:
• Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
• Setiap siswa mendapat peran.
• Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
• Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
• Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

26. PICTURE AND PICTURE
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.

27. NUMBERED HEADS TOGETHER
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

28. METODE INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP INVESTIGATION)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

29. METODE JIGSAW
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

FRANK LYMAN, 1985

30. METODE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

FRANK LYMAN, 1985

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KESIMPULAN

Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan.

Kesimpulannya, tidak ada satupun metode pengajaran dan penyampain materi ke anak didik yang sempurna. Buktinya, tiap-tiap metode memiliki celah dan kelemahan di sana-sini. Jadi, semuanya tergantung tenaga pendidik dalam mengoptimalisasikan kelebihan yang tersedia serta meminimalisir berbagai kelemahan yang ada pada tiap-tiap metode. Saya yakin, dengan adanya keserasian antara metode yang diterapkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga pendidik jauh lebih ampuh dalam mencapai hasil optimal dalam proses belajar mengajar ketimbang “sibuk” menerapkan tradisi pengajaran lama yang kurang berbobot dan terkadang begitu monoton!

 

 

 

 

 

 

PENUTUP

Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktivistik untuk kegiatan belajar-mengajar di kelas. Dengan perubahan paradigma belajar tersebut terjadi perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari belajar berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa.

Dengan kata lain, ketika mengajar di kelas, guru harus berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya. Kondisi belajar dimana siswa/mahasiswa hanya menerima materi dari pengajar, mencatat, dan menghafalkannya harus diubah menjadi sharing pengetahuan, mencari (inkuiri), menemukan pengetahuan secara aktif sehingga terjadi peningkatan pemahaman (bukan ingatan).

Untuk mencapai tujuan tersebut, pengajar dapat menggunakan pendekatan, strategi, model, atau metode pembelajaran inovatif, agar sekali anak didik kita dapat menerima materi dengan cara yang menyenangkan. Selain itu agar anak didik juga dapat lebih mudah dalam menerima materi yang kita sampaikan.
.

 

 

 

 

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0CE4QFjAF&url=http%3A%2F%2Fmardiyan22.files.wordpress.com%2F2010%2F11%2Fmetode-pembelajaran.doc&ei=Ry-LU4XaNoPUrQfG3IC4BA&usg=AFQjCNEhRZf4zUiXJSkcV4URS3g1lIl_GQ&sig2=utUBL1WHV3gqOK0c05YpjA&bvm=bv.67720277,d.bmk

model pembelajaran

A.    Pendahuluan

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan dan tuntutan masyarakat modern

Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik (improvement oriented). Hal ini tentu saja menyangkut berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Komponen yang melekat pada pendidikan diantaranya adalah kurikulum, guru dan siswa.

Dalam proses pembelajaran keberadaan guru sangatlah urgen, karena guru yang menentukan, apakah tujuan pembelajaran tercapai atau tidak?, bagaimana kompetensi siswa ?

Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namum pembelajaran dan pemahaman siswa di tingkat dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyah pada beberapa materi pelajaran menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran di tingkat sekolah dasar atau Madrasah Ibtidaiyah cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran konsep cenderung abstrak dan dengan metode ceramah, sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibat motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis (Direktorat PLP, 2002)

Menurut pendapat oleh Peter Sheal (1989) sesuai dengan “Kerucut Pengalaman Belajar” Dia menyatakan (hasil penelitian) bahwa peserta didik yang hanya mengandalkan “penglihatan” dan “pendengaran” dalam proses pembelajarannya akan memperoleh daya serap kurang dari 50%. Di sisi lain, dalam melaksanakan proses belajar mengajar, kurang dari 20% guru yang menggunakan alat bantu pembelajaran. Kurang dari 30% guru yang selalu mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga wajar apabila evaluasi hasil belajar hasilnya belum seperti yang di harapkan.

Dampak lain dari proses pembelajaran tersebut adalah siswa lebih sering menonton gurunya mengajar dari pada memperhatikan guru mengajar. Sehingga guru yang “lucu” apalagi memberi nilai “murah” akan menjadi favorit para siswa. Akankah hal seperti ini kita biarkan atau bahkan dipertahankan? Atau kita akan mendobrak dengan langkah baru? Apa yang kita lakukan dalam menyikapi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu akan menentukan siapa diri kita sebenarnya. Apakah kita termasuk penganut status quo atau menjadi agent of change? Guru yang ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik, memang bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan.

Mencermati hal tersebut di atas, perlu adanya perubahan dan pembaharuan, inovasi ataupun gerakan perubahan mind set kearah pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya dan khususnya tujuan pembelajaran. Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran yang berguna dalam mencapai iklim PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan ) adalah tuntutan yang harus diupayakan oleh guru.

Keanekaragaman model pembelajaran yang hendak di sampaikan pada makalah ini merupakan upaya bagaimana menyediakan berbagai alternatif dalam strategi pembelajaran yang hendak disampaikan agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik pada jenjang Sekolah Dasar (SD) atau Madrsah Ibtidaiyah (MI). Ini berarti tidak ada model pembelajaran yang paling baik, atau model pembelajaran yang satu lebih baik dari model pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu model pembelajaran atau pemilihan suatu model pembelajaran akan tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang hendak disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam mengelola dan memberdayakan semua sumber belajar yang ada.

Dengan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP), menuntut adanya keanekaragaman atau variasi dalam pembelajaran yang mengarah pada pada PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan). Dengan demikian makalah ini diharapkan bisa sebagi acuan bagi guru mata pelajaran matematika dalam proses pembelajaran.

 

 

MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN

B.   Pengertian

Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan teknik. Sedangkan istilah “strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan perang atau dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer atau olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan. Menurut Ruseffendi (1980), istilah strategi, metode, pendekatan dan teknik mendefinisikan sebagai berikut :

1. Strategi pembelajaran adalah separangkat     kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang menetukan warna atau strategi tersebut, yaitu :

a.   Pemilihan materi pelajaran (guru atau siswa)

b. Penyaji materi pelajaran (perorangan atau kelompok, atau belajar mandiri)

c.   Cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif, analitis atau sintesis, formal atau non formal)

         d. Sasaran penerima materi pelajaran ( kelompok,   perorangan, heterogen, atau homogen.

2. Pendekatan Pembelajaranadalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan. Misalnya memahami suatu prinsip dengan pendekatan induktif atau deduktif.

3. Metode Pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing dan sebagainya.

  1. Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan siswa. Misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan penjumlahan berulang.

            Sedangkan Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang menggambakan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa (Didang : 2005)

            Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998 : 203), pengertian strategi (1) ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam dan perang damai, (2) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

Soedjadi (1999 :101) menyebutkan strategi pembelajaran adalah suatu siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran yang diharapkan. Untuk dapat mengubah keadaan itu dapat ditempuh dengan berbagai pendekatan pembelajaran. Lebih lanjut Soedjadi menyebutkan bahwa dalam satu pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu metode dan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu teknik. Secara sederhana dapat dirunut sebagai rangkaian :

teknik         metode           pendekatan         strategi                 model

Istilah “ model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Weil dan Showers, 1992)

Lebih lanjut Ismail (2003) menyatakan istilah Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu :

  1. rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
  2. tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
  3. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan
  4. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Berbedanya pengertian antara model, strategi, pendekatan dan metode serta teknik diharapkan guru mata pelajaran umumnya dan khususnya matematika mampu memilih model dan mempunyai strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan standar kompetensi serta kompetensi dasar dalam standar isi.

C. Pemilihan Model Pembelajaran Sebagai Bentuk Implementasi Strategi Pembelajaran.

     Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan Model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.

     Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan penggunaan alat. Akan tetapi ini tidak sesuai bila digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep matematika tingkat tinggi.

     Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, didalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.

     Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru.

Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.

     Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat tercapai. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Di madrasah, tindakan pembelajaran ini dilakukan nara sumber (guru) terhadap peserta didiknya (siswa). Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran sangat terkait dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya.

Pada saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran. Menurut penemunya, model pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara model pembelajaran yang lain. Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita sepakati hal-hal sebagai berikut :

  1. Siswa Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah banyak yang masih berada dalam tahap berpikir konkret. Model dan metode apapun yang diterapkan, pemanfaatan alat peraga masih diperlukan dalam menjelaskan beberapa konsep matematika.
  2. Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.
  3. Kita dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai dengan materi pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan beberapa model pembelajaran.
  4. Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang menguasai meteri dan tidak disenangi para siswa, maka hasil pembelajaran menjadi tidak efektif.
  5. Oleh kerena itu komitmen kita adalah sebagai berikut :
  6. Kita perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat mengajarkannya, dan terampil dalam menggunakan alat peraga.
  7. Kita berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada para siswa dengan sepenuh hati, hangat, ramah, antusias, dan bertanggung jawab.
  8. Menjaga agar para siswa “mencintai” kita, menyenangi materi yang kta ajarkan, dengan tetap menjaga kredibilitas dan wibawa kita sebagai guru dapat mengembangkan model pembelajaran sendiri. Anggaplah kita sedang melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat di capai dengan lebih efektif dan efisien.

 

D. Macam-Macam Model Pembelajaran

 

  1. Pembelajaran mencari dan bermakna
  2. Pembelajaran terpadu
  3. Pembelajaran kooperatif
  4. Pembelajaran Picture and Picture
  5. Pembelajaran cooperative integrated Reading and composition (CIRC)
  6. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
  7. Model Penemuan Terbimbing
  8. Model Pembelajaran Langsung
  9. Model Missouri Mathematics Project (MMP)
  10. Model Pmbelajarn Problem solving
  11. Model Pmbelajarn Problem posing

12. Pembelajaran kontekstual.

 

 

Langkah-langkah pada Madel model Pembelajaran

 

  1. Model Pembelajaran Langsung

Sintaknya :

 

 

Langkah-langkah

Peran Guru

1

 

 

2

 

 

3

 

 

4

 

 

5

Menjelaskan tujuan pembela-jaran dan mempersiapkan siswa

 

Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan

 

Membimbing pelatihan

 

 

Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik

 

Memberikan kesempatan untuk pelatihan dan penerapan

 

 

Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pembelajaran, pentingnya pelajaran dan memotivasi siswa

 

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau memberi informasi tahap demi tahap

 

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

 

 

Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberikan umpan balik

 

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, khusus penerapan pada situasi kompleks dalam kehidupan sehari-hari.

 

 

 

 

 

 

2. Model Pembelajaran Kooperatif

 

1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif

 

2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasikan atau lewat bahan bacaan

 

3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas

 

5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok

 

6

Memberi penghar-gaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok

 

 

 

  1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

 

1

Langkah 1

Guru menyampaikan materi pembelajaran ke siswa secara klasikal (paling sering menggunakan model pembelajaran langsung,

 

 

2

Langkah 2

Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa yang heterogen, baik dari segi kemampuan, agama, jenis kelamin, atau lainnya).

3

Langkah 3

Dilanjutkan diskusi kelompok untuk penguatan materi (saling bantu membantu untuk memperdalam materi yang sudah diberikan)

4

Langkah 4

 

Guru memberikan tes individual, masing-masing mengerjakan tes tanpa boleh saling bantu membantu diantara anggota kelompok.

5

Langkah 5

 

 

 

Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari skor dasar ke skor kuis (cara penilaian akan dijelaskan di akhir bab ini)

 

4. Model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw

  1. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (disebut dengan kelompok asal, setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang heterogen). Setiap anggota kelompok nantinya diberi tugas untuk memilih dan mempelajari materi yang telah disiapkan oleh guru (misal ada 5 materi/topik).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Di kelompok asal, setelah masing-masing siswa menentukan pilihannya , mereka langsung membentuk kelompok ahli berdasarkan materi yang dipilih. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:
 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Setelah setiap kelompok ahli mempelajari (berdiskusi) tentang materinya masing-masing, setiap anggota dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan/menularkan apa-apa yang telah mereka pelajari/diskusikan di kelompok ahli. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:
 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Dalam tipe ini peran guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi agar pelaksanaan kegiatan diskusi dalam kelompok ahli maupun penularan dalam kelompok asal berjalan secara efektif dan optimal.
  2. Setelah masing-masing anggota dalam kelompok asal selesai menyampaikan apa yang dipelajari sewaktu dalam kelompok ahli, guru memberikan soal/kuis pada seluruh siswa. Soal harus dikerjakan secara individual.
  3. Nilai dari pengerjaan kuis individual digunakan sebagai dasar pemberian nilai penghargaan untuk masing-masing kelompok. Teknik penilaian/penghargaan akan dijelaskan tersendiri di akhir bab pembelajaran kooperatif ini.

 

4. Model Pembelajaran Kooperatif tipe think Pair and Share

  • Guru mengajarkan materi seperti biasa, alat peraga disarankan .
  • Dengan tanya jawab, guru memberikan contoh soal.
  • Guru membrikan soal yg dikerjakan siswa berdasar persyaratan soal sebagai problem.
  • Siswa di pandu guru menyelesaikan soal.
  • Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
  • Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
  • Guru memberi kesimpulan
  • Penutup

 

  1. Langkah-langkah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) yaitu :

Langkah pertama :     Review

  • dengan cara mengulah ulang mata   pelajaran yang lalu,
  • membahas tugas yang diberikan /pekerjaan rumah.

Langkah kedua   :Pengembangan

  • penyajian ide baru atau perluasan konsep matematika yang terdahulu
  • penjelasan tentang diskusi, demonstrasi, dengan contoh kongkret yang sifatnya piktoral dan simbolik.

Langkah ketiga   :   Latihan Terkontrol

  • siswa merespon soal
  • guru mengamati
  • belajarnya kooperatf

Langkah keempat     : Seatwork

  • siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep

Langkah kelima  : Pekerjaan Rumah

  • Tugas membuat pekerjaan rumah.

 

  1. Langkah-langkah model pembelajaran Penemuan Terbimbing

Langkah yang ditempuh oleh guru dalam pembelajaran   adalah sebagai berikut :

  • Merumuskan masalah yang diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusan harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang di tempuh siswa tidak salah.
  • Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang di perlukan. Bimbingan sebaiknya mengarah siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau lembar kerja siswa (work sheet).
  • Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasi analisis yang dilakukan
  • Konjektur yang telah dibuat siswa, diperiksa oleh guru. Hal ini digunakan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
  • Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur teresbut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan kepada siswa untuk menyusunnya.
  • Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan.

 

7. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Fase

Indikator

 

Kegiatan Guru

 

1

Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif dan kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya

2

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

 

3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

 

8. Langkah-langkah Model pembelajaran Problem posing

Prinsipnya:mewajibkn siswa unt mengjukn soal sndiri melalui belajar soal scr mandiri.

Sintaknya

  1. guru menjelaskan materi pelajaran, alat peraga disarankan.
  2. .memberikn latihan soal secukupnya.
  3. siswa mengajukan soal yang menantang,& dapat menyelesaikan. Bisa secara kelompok.
  4. pertemuan berikutnya, guru menyuruh siswa menyajikan soal temuan di depan kelas.
  5. guru memberikan tugas rumah secara individual

 

9.. Langkah-langkah Model pembelajaran TGT

  • Beri informasi secara klasikal
  • Bentuk kelompok beranggotakan 4-5 siswa (kemampuan siswa heterogen)
  • Diskusi kelompok untuk penguatan pemahaman materi yang dikaitkan dengan kuis/latihan yang telah diberikan (mempelajari kembali)
  • Permainan/turnamen (dalam setiap kelompok diwakili satu orang)
  • Beri soal untuk dilombakan
  • Beri penghargaan pada kelompok yang wakilnya dapat maju terus sampai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

10. Langkah Model Pembelajaran Problem Solving

syarat (siswa)

  1. Memlki prasyarat untk mngrjakn soal tsb.
  2. Belum tahu cara pmchan soal tsb.
  3. Soal terjangkau
  4. Siswa mau dan berkehendak untk menyelesaikan soal tsb

     Langkah guru

  1. Guru mengjarkn materi seperti biasa, alat peraga disarankan .
  2. Dngan tanya jawab, guru memberikan contoh soal.
  3. Guru membrikn soal yg dikerjakan siswa brdsar persyaratan soal sbgai problem.
  4. Siswa di pandu guru menyelesaikan soal.

11. Komponen Model Pembelajaran Kontekstual

1. Konstruktivisme

  • Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal
  • Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan

2. Inquiri (menemukan)

  • Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
  • Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

3.Questioning (bertanya)

  • Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
  • Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
  1. Learning Community (masyarakat belajar)
  • Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar
  • Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
  • Tukar pengalaman
  • Berbagi ide

5. Modeling (pemodelan)

  • Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar
  • Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

6. Authentic Assesment (penilaian yang sebenarnya)

  • Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
  • Penilaian produk (kinerja)
  • Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

7. Reflection (refleksi)

  • Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
  • Mencatat apa yang telah dipelajari
  • Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

 

  1. Langkah Model Pembelajaran Example Non Example

CONTOH DAPAT DARI KASUS/GAMBAR YANG RELEVAN DENGAN KD

Langkah-langkah :

  1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
  2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
  3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
  4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
  5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
  6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
  7. Kesimpulan
  8. Langkah Model Pembelajaran Role Playing

Langkah-langkah :

  1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
  2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
  3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
  4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
  5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
  6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan
  7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas
  8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
  9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
  10. Evaluasi
  11. Penutup
  12. Langkah Model Pembelajaran Group Investigation

Langkah-langkah :

  1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
  2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
  3. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
  4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan
  5. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok
  6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
  7. Evaluasi
  8. Penutup

 

15. Langkah Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Langkah-langkah :

  1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
  2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
  3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
  4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
  5. Guru membuat kesimpulan bersama
  6. Penutup

 

Referensi:

  • Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
  • Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran), Modul Diklat Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat PLP.
  • Rahmadi Widdiharto. (2006). Model-model Pembelajaran Matematika. Makalah diklat guru pengembang matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
  • Slavin (1994). Cooperative Learning, Theory, Research, and Practice (Second Edition).

model pembelajaran kooperatof teknik jigjaw

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW
OLEH ; FADHLY. MP.d.I GURU MIN TL JAWA BATURAJA
1.Strategi Pembelajaran Kooperatif
Teori yeng melandasi pembelajaran kooperatif jigsaw adalah teori
konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstru
ktifisme dalam belajar
adalah suatu pendekatan di mana sisiwa secara individu menemukan dan
mentranseformasikan imformasi yang kompleks, memeriksa imformasi dengan aturan
yang dan merivisinya bila perlu (soejadi dalam teti sobri,2006. 15).
Menurut Slav
in (2007), pembelajaran kooperatif menggalakan siswa
berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan poertukaran
ide dan pemeriksaaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan
falsafah konstruktivisme. Dengan demiki
an, pendidikan hendaknya mampu
menggkondisikan dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan
membangkitkan potensi siswa , menumbuhkan aktifitas dan daya cipta kreativitas
sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pemebelajaran. D
alam
teori konstruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang
dihadapkan masalah
masalah komplek untuk di cari solusinya, selanjutnya
menemukan bagian
bagian yang lebih sederhana dan keterampiulan yang diharapkan.
Model pembelajaran ini
dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme
yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang

 
12
pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak (Ratna,
1988: 181)
Dalam model pemebelajaran kooperat
if ini guru berpesan sebagai fasilitator
yang berfungsi sebagai jembatan penghubungan ke arah pemahaman yang lebih
tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan penegtahuan pada
siswa, tetapi harus juga membangun dalam pikirannya. S
iswa mempunya
kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan langsung dalam menerapkan ide
ide
meraka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan
ide
ide mereka sendiri.
Piaget dan Vygotsky mengemukakan adanya hakikat sosial dari sebu
ah proses
belajar dan juga mengemukakan tentang penggunaan kelompok
kelompok belajara
dengan kemapuan anggota
anggotanya yang beragam sehingga terjadi perubahan
konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan
pengetahuan disusus
n dalam pemikiran siswa. Oleh karena itu, belajar adalah
tindakan kreatif di mana konsef dan kesan dibentuk dengan memikirkan objek dan
peristiwa serta berraksi dengan objek dan peristiwa tersebut.
Di samping aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dal
am sebuah proses
pembelajaran, dituntut interikasi yang seimbang. Interkasi yang dimaksud adalah
adanya interaksi atau komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa.
Guru dengan siswa, diharapkan dalam proses belajar terdapat komunikasi banyak
a
rah, yang memungkinkan banyak arah, yang memungkinkan akan terjadi aktivitas,
kreativitas yang diharapkan.

 
13
Pandangan konstruktivitasme Piaget dan Vygotsky dapat berjalan
berdampingan dalam proses pembelajaran konstruktivisme. Piaget yang menekankan
pada
kegiatan internal individu terhadap objek yang dihadapi dan pengalaman yang
dimiliki orang tersebut, sedangkan konstruktivisme Vygotsky menekankan pada
inetraksi sosial dan melakukan konstruksi pengetahuan dari lingkungan sosialnya.
Berkaitan dengan kary
a Vygotsky dan penjelasan Piaget, para konstruktivis
menekankan pentinya interaksi dengan teman sebaya melalui pembentukan
kelompok belajar, siswa diberikan kesempatan secara aktif untuk mengungkapkan
sesuatu yang dipikirkan kepada temannya, Hal itu akan
membantunya untuk melihat
sesuatu dengan jelas , bahkan melihat ketidaksesuaian pandangan mareka sendiri.
2. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (
cooperatf learning)
merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan be
kerja dalam kelompok ;kelopok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat samapi dengan enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat
Heterogen
.
Pada hakekatnya coopertaif learning sama dengan kerja kelompok. Oleh
karena itu banyak
guru yang menyatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam
kooperatif learning karena mereka telah biasa melakukan pembelajaran kooperatif
learning dalam bentuk belajar kelompok, walaupuntidak semua belakar kelompok
disebut dalam kooperatif learning seperti
dijelaskan oleh Abdulhak (2001: 19
20) “
pemebelajaran kooperatif dilaksanakan melalui shering proses antara peserta didik
sehingga dapat mewujudkan pemahamana bersama antara pesertta didik itu sendiri.”

 
14
Dalam pemebelajaran ini akan tercipta sebuah iner
aksi yang lebih luas, yaitu
inetraksi dan komunikasi anatara guru dengan siswa , siswa dengan siswa , dan siswa
dengan guru
(multi way traffic communication)
Pembelajaran kooperatif adalah starategi pembelajaran yang melibatkan
partisispasi siswa dalam s
uatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi “. (
Nurhayati,2002 : 25). Dalam sistem belajar yang kooperatif siwa belajar bekerjasama
dengan anggota lainnya. Dalam model ini sisiwa memiliki dua tanggung jawab, yaitu
mereka belajar untukdirinya sendiri,
dan membantu sesame anggota untuk belajar.
Sisawa dapat belajar dalam kelompok kecildan dapat melalukanya seseorang diri.
Cooperatif learning adalah merupakan kegiatan belajar siswa dengan cara
berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian ke
giatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah dirumuskan . ( Sanjaya 2006.: 239)
Tom V. Savage (1987:25) mengemukakan bahwa cooperative learning
merupakan satu pendekatan yang menekankan kerj
a sama dalam kelompok
.pembelajaran kooperatif adalah stategi pemebelajaran yang melibatkan partisipasi
siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteriaksi . Dalam sistem belajar
kooperatif sisiwa belajar bekerja bersama anggota lainnya. ( Nurul ha
yati. 2002:25)
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam bentuk
kelompok. Ada unsur dasar pemebelajaran kooperatif yang membedakan dengan
pembelajaran kelompok yang asal
asalan . Pelaksanaan prinsif dasar pokok sistem
pembelajaran k
ooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelolah kelas
dengan lebih efektif . Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak

 
15
harus bejalan dari guru kepada siswa, sisiwa dapat belajar dari siswa lainnnya.
Pembelajaran oleh rekan sebaya ( p
eerteaching) lebih efektif dari pembelajaran oleh
guru.
Koperatif learning adalah teknik peneglompokan yang di dalamnya siswa
bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dengan kelompok kecilyang umumnya
terdiri dari 4
5 orang siswa. Belajar kooperatifd
dalah belajar pemanpatan kelompok
kecil dalam poembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk
memaksismalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok
tersebut (Jonson Dalam Hasan. 1996)
Starategi pembelajaran kooperatif merupakan
serangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok
kelompok, untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan terdapat empat hal penting
dalam strategi pemebelajaran yang telah ditetapkan yaitu :
1. adanya peserta di
dik dalam kelompok.
2. adanya aturan main
3. adanya upaya belajar dalam kelompok
4. tatap muka
5. evaluasi proses kelompok
Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat ditentukan berdasarkan atas
(1) minat dan bakat siswa., (2) latar belakang kemampuan si
swa (3) kemampuan
bersosialisasi. (4). Tatap muika (5) evaluasi proses kelompok.
Nurul Hayati, ( 2002: 25
28) mengemukakan lima unsure dasar modal
koopertaif learning, yaitu (1) ketergantungan positif, (2) pertanggung jawaban

 
16
individual (3) kemampuan b
ersosialisasi ( 4) tatap muka dan (5) eavaluasi proses
kelompok
Ketergantungan positif adalah suatu bentuk kerja sama yang sangat erat kaitannya
antara anggota kelompok. Kerjasama ini dibutuhkan mencapai tujuan . Siswa benar
benar mengerti bahwa kesukse
san kelompok tergantu pada kesuksesan anggotanya.
Maksud pertanggung jawaban individu adalah kelompok tergantung dengan
cxara belajar perseorangan seluruh anggota kelompok. Peratanggung jawaban
mempokuskan aktivitas kelompok dalam menjelaskan konsep pad
a satu orang dan
memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok siap menghadapi aktivitasdi mana
siswa harus menerima tanpa pertolongan anggota kelompok. Kemampuan sosialisasi
adalah kemapuan bekerjasama yang biasa dikerjakan dalam kelompok, kelompok
tidak a
kan berjalan efektif apabila setiap anggota kelompok tidak memiliki kemapuan
bersosialisasi yang dibutuhkan.
Setiap kelompok diberikaqn kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
Kegiatan intraksi ini akan meberikan siswa bentuk sinargi yang menguntun
gkan
semua anggota. Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selnjutnya bisa bekerja
sama lebih evektif.
Senada dengan penjelasan tersebut Siahaan ( 2005 :2) lima unsure penting
ya
ng ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif : yaitu:
1. Saling ketergantungan yang positif
2. ineteraksi berhadapan
3. tanggung jawab individu

 
17
4. keterampilan sosial
5. terjadinya peoses dalam kelompok
Pembelajaran kooperatis mewadahi bagaimana sis
wa dapat berkerjasama
dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama, Situasi Kooperatif
merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan kelompok, siswa harus
merasakan bahwa meraka akan mencapai tujuan kelompok, siswa harus merasakan
bahwa me
reka akan mencapai tujuan maka siswa lain dalam kelompoknya memiliki
kebersamaan , artinya tiap anggota kelompok bersikap kooperatif dengan sesamnya
anggota kelompoknya.
Tujuan penting lain dari pemebelajaran kooperatif adalah untuyk
mengajarkan kepa
da sisiwa , keterampilan kerja sama dan koloborasi. Keterampilan
ini amat penting untuk dimiliki di dalam masarakat di mana banyak kerja orang
dewasa sebagian dikerjakan orang dewasa dalam organisasi yang saling bergantungan
sama lain dan di mana masarak
at secara budaya semakin beragam, Sementara itu
banayak anak muda dan orang dewasa masih kuarang dalam berketerampilan
bersosial, hal ini bayak ditemukan oaring tidak dapat bekerja secara kooperatif,
dalam pemebelajaran ini tidak hanya memepelajari mater
i saja, namun siswa diajarka
keterampilan
keterampilan khusus yang disebut keterampilan koperatif,
keterampilan ini untuk memepelancar hubungan, kerja dan tugas, peran hubungan
kerja dibangun de3ngan mengembangkan komunikasi antara anggota kelompok,
sed
angkan peran dan tugas dilakukan dengan membagi tugas antara anggota
kelompok selama kegiatan

 
18
Ada tiga bentuk keterampilan kooperatif sebgai diungkap oleh : Lundgren
(1994), yaitu :
a. Ketemapilan kooperatif tingkat awal
Meliputi : (a) menggunakan k
esempatan, (b). menghargai konteribusi, (c).
mengambil giliran dan berbagai tugas ( d ). Berada dalam kelompok, (e) berada
dalam tugas, (f). mendorong partisifasi, (g). mengundang orang lain untuk berbicara.
(h). menyelsaikan tugas pada waktunya dan ( i)
menghormati perbedaan individu.
b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah
Meliputi; (a) menunjukan penghargaan dan simpati; (b). mengungkapkan
ketidak setujuan denga cara yang dapat diterima; (c.). mendengarkan dengan aktif.
(d). bertanya; (e) membuat ri
ngkasan; (f) menafsirkan, (g).mengatur dan
mengorganisisr, (h) menerima tanggung jawab ( i). mengurangi ketegangan.
c. Keterampilan Kooperatif tingkat Mahir
Meliputi mengelaborasi, (b). memeriksa de3ngan cermat, (c). menyatakan
kebenaran, (d) menetapkan tu
juan, dan (e) berkompromi.
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pemebelajaran kooperatif, pemebelajaran di mulai dari guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase iniu
digunakan uin
tuk menyampaikan imformasi, sering bahan bacaan dari pada verbal.
Selanjutnya, siswa di kelompokan dalam tem
tem belajar . Tahapan ini diikuti
bimbingan guru pada saat siswa bekerja bversama untuk menyelsaikan tugas bersama
mereka, fase terahir pemebelajar
an kooperatif adalah meliputi presentasi hasil kerja

 
19
kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberikan
penghargaan terhadap usaha
usaha kelompok maupun individu.
Tabel Langkah
Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
TAHAP
TINGKA
H LAKU GURU
Tahap 1
Menyampaikan Tujuan dan
Memotivasi siswa
Guru mmenyampaikan tujuan pelajaran
yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran
dan menekankan pentingnya topic yang
akan dipelajari dan memotivasi siswa
belajar.
Tahap 2
Menyajikan Info
rmasi
Guru menyajikan imformasi atau materi
kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau
melalui bahan bacaan
Tahap 3
Menggorganisasikan siswa ke
dalam kelompok
kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya memebentuk kelompok belaja
r dan
membimbing setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efektif dan
efisien
Tahap 4
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Guru membimbing kelompok
kelompok
belajar pada sat mereka mengerjakan tugas
mereka
Tahap 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi has
il belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing
masing kelompok mempersentasikan hasil
kerjanya
Tahap 6
Memberikan penghargaan
Gurtu mencari cara
cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok
3. Prinsi
p
Prinsi
p
Pembelajaran Kooperatif
Menurut Anita Lie (2005) ada lima prinsip dalam pembelajaran kooperatif
model jigsaw, yaitu sebagai berikut,

 
20
1.
Prinsip ketergantungan positif (positif Interpendence), yaitu dalam
pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyel
saian tugas tergantung
apada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja
kelompok ditentukan oleh kinerja masing
masing anggota kelompok. Oleh
karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling
ketergantungan.
2.
Tanggung jawab pe
rseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan
kelompok sangat tergantung dari masing
masing anggota kelompoknya. Oleh
karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.
3.
Interak
si tatap muka (face to fece promation interaction), yaitu memberikan
kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka
melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima
imformasi dari kelompok lain.
4.
Partisifasi dan kom
unikasi (participation communication), yaitu melatih siswa
untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan
pembelajaran.
5.
Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok
untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan
hasil kerja sama mereka, agar
selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif.
4. Prosedur Pembelajaran Koperatif

 
21
1.
Penjelasan materi tahap ini merupakan tahapan panyampaian pokok
pokok
materi pemebelajaran sebelumnya siswa belajar dalam kelompok. Tujuan
u
tama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap poko materi pelajaran.
2.
belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan
materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
3.
Penilaian, penilaian dalam pembelajaran
kooperatif bisa dilakukan melalui
test atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu
akan memeberikan peneilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok
akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya.seperti dijelskan
Sanjaya
( 2006: 247) ,” Hasil ahir setiap siswa adalah penggabungan
keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok. Memiliki sama nilai sama
dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama
dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelo
mpok adalah nilai bersama
dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota
kelompoknya.”
5 . Model Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw
5.1 . Defenisi Model Pembelajaran Teknik Jigsaw
Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yait
u gergaji ukir dan
ada juga yang menyebutnya dengan istilah
Fuzzl
e, yaitu sebuah teka teki yang
menyususn potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga
mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu
ke
giatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan
bersama.

 
22
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar
kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk
kelompok kecil
, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran
kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang
secara heterogen dan siswa bek
erja sama salaing ketergantungan positif dan
bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa
memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah
imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan b
erkomunikasii,
anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan
ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada
kelompoknya.( Rusman, 2008.203)
5.2 Langkah
langkah Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Menurut Rusman
(2008 : 205) pembelajaran model jigsaw ini dikenal juga
dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada
permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok
sama, kita sebut sebagai team ahli yang ber
tugas membahas permasalahan yang
dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan
disampaikan pada anggota kelompoknya.
Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Melakukan mambaca untuk menggali imformasi.
Siswa memeperoleh to
pic
topik permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi dari
permasalahan tersebut.

 
23
2. diskusi kelompok ahli.siswa yang telah mendapatka topik permasalahan yang
samabertemu dalam satu kelompokataqu kita sebut dengan kelompok ahli
untuk membi
caran topic permasalahan tersebut.
3. Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan
dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.
4. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
5. Perhitungan sekor
kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.
Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip
Rusman (2008), mengemukakan langkah
langkah kooperatif model jigsaw sebagai
berikut:
1. Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisi
wa.
2. Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda
3. Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian
yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) un
tuk
mendiskusiksn sub bab mereka.
5. setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam
kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang
subbab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan
seksama,
6.
Tiap tem ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. guru memberi evaluasi
8. penutup